Ilustrasi |
Lebaran masih menyisakan dua minggu lagi, namun gaungnya sudah menyebar ke seluruh umat muslim yang menjalankan ibadah puasa. Terlebih lagi umat muslim perantauan, yang akan melaksanakan ritual mudik berlebaran bersama orang yang dikasihi di kampung halaman. Kumpul bersama keluarga besar di tempat kelahiran, menjadi kelebihan sendiri untuk merasakan kebahagiaan bersama-sama.
Coba tengok di salah satu blog komunitas di satu daerah. Beberapa bloger memberikan statement-nya tentang mudik, seperti di bawah ini ;
“karena lebaran hari yg sangat istimewa buat umat muslim, kita bisa bertemu sodara2x yg lain dan juga temen2x kita dulu. Dan kita juga bisa bersilahturahmi dan saling maaf-maaf an. Karena hanya lebaran momen yg tepat dan kalo lebaran bisa pulang kampung kan suatu perjuangan banget. Bayangin harga tiket bis naik, macet dan harus sedia dana yg buuuuuuayak buat angpau (biasa setahun sekali).”
“Walaupun butuh perjuangan tapi ritual mudik sudah menjadi kebiasaan bagi perantau utuk bisa merayakan lebaran bersama keluarga & termasuk moment yg tepat untuk sungkem sama orang tua.”
“Untuk mengobati rasa kangen dengan orang tua, saudara saudara, tetangga tetangga, teman sekolah, suasana desa, makanan khas desa dan yang paling penting sowan ke orang tua,karena orang tua akan merasa senang anak2 nya bisa kumpul di hari raya.”
“Moment ketemu dengan orang-orang atau individu yang punya hubungan historis dengan kehidupan kita di waktu yang silam adalah moment yang nggak bisa di hitung dengan nominal saat kita mudik lebaran”.
Yah benar sekali, mudik menjadi ritual terkait erat dengan lebaran. Istilah mudik menurut Bahasa Indonesia adalah pulang kampung. Tradisi ini tidak diketahui persis kapan munculnya. Tradisi ini terjadi akibat dari proses akulturasi berbagai nilai kehidupan adat dan budaya asal kampung halaman seperti, tanda bakti anak kepada orang tua, sejarah hidup dan nilai-nilai agama, sosial maupun budaya, menjadi pelengkap kenapa ritual mudik menjadi tradisi.
Mudik, selain bisa dilihat dari kacamata sejarah, bisa juga dilihat dari sisi pernik-pernik pengalaman selama perjalanan, lengkap dengan informasi dan variasi-nya. Dan berbicara perjalanan biasanya tak lepas dari momok yang namanya macet. Kondisi ini timbul akibat dari menumpuknya jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan jalan, marka jalan yang rusak, rambu lalulintas yang mati, jalanan yang rusak, tidak tertibnya pengguna jalan hingga pasar tumpah telah menjadi ciri khas tersendiri saat mudik.
Coba tengok di salah satu blog komunitas di satu daerah. Beberapa bloger memberikan statement-nya tentang mudik, seperti di bawah ini ;
“karena lebaran hari yg sangat istimewa buat umat muslim, kita bisa bertemu sodara2x yg lain dan juga temen2x kita dulu. Dan kita juga bisa bersilahturahmi dan saling maaf-maaf an. Karena hanya lebaran momen yg tepat dan kalo lebaran bisa pulang kampung kan suatu perjuangan banget. Bayangin harga tiket bis naik, macet dan harus sedia dana yg buuuuuuayak buat angpau (biasa setahun sekali).”
“Walaupun butuh perjuangan tapi ritual mudik sudah menjadi kebiasaan bagi perantau utuk bisa merayakan lebaran bersama keluarga & termasuk moment yg tepat untuk sungkem sama orang tua.”
“Untuk mengobati rasa kangen dengan orang tua, saudara saudara, tetangga tetangga, teman sekolah, suasana desa, makanan khas desa dan yang paling penting sowan ke orang tua,karena orang tua akan merasa senang anak2 nya bisa kumpul di hari raya.”
“Moment ketemu dengan orang-orang atau individu yang punya hubungan historis dengan kehidupan kita di waktu yang silam adalah moment yang nggak bisa di hitung dengan nominal saat kita mudik lebaran”.
Yah benar sekali, mudik menjadi ritual terkait erat dengan lebaran. Istilah mudik menurut Bahasa Indonesia adalah pulang kampung. Tradisi ini tidak diketahui persis kapan munculnya. Tradisi ini terjadi akibat dari proses akulturasi berbagai nilai kehidupan adat dan budaya asal kampung halaman seperti, tanda bakti anak kepada orang tua, sejarah hidup dan nilai-nilai agama, sosial maupun budaya, menjadi pelengkap kenapa ritual mudik menjadi tradisi.
Mudik, selain bisa dilihat dari kacamata sejarah, bisa juga dilihat dari sisi pernik-pernik pengalaman selama perjalanan, lengkap dengan informasi dan variasi-nya. Dan berbicara perjalanan biasanya tak lepas dari momok yang namanya macet. Kondisi ini timbul akibat dari menumpuknya jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan jalan, marka jalan yang rusak, rambu lalulintas yang mati, jalanan yang rusak, tidak tertibnya pengguna jalan hingga pasar tumpah telah menjadi ciri khas tersendiri saat mudik.
Yang menjadi repot kemudian adalah jajaran kepolisian dan pemerintah mengatur kelancaran perjalanan pemudik selamat sampai tujuan. Meski banyak kekurangannya, sudah semestinya pemudik juga berpartisipasi ikut melancarkan perjalanan mudik. Taat terhadap aturan maupun rambu lalulintas juga menjaga emosi dengan kesabaran sebenarnya sangat membantu tugas polisi dan pemangku kepentingan lainnya.
Dari sisi ekonomi, mudik menjadi sarana berputarnya roda ekonomi dengan banyak mengalirnya uang. Gerak ekonomi semakin cepat dengan banyaknya permintaan. Sebagaimana hukum ekonomi, makin banyak permintaan maka harga yang ditawarkan menjadi mahal.
Dari sisi ekonomi, mudik menjadi sarana berputarnya roda ekonomi dengan banyak mengalirnya uang. Gerak ekonomi semakin cepat dengan banyaknya permintaan. Sebagaimana hukum ekonomi, makin banyak permintaan maka harga yang ditawarkan menjadi mahal.
Coba tengok, jenis barang apa yang tidak naik selama menjelang musim mudik. Belum lagi harga tiket moda angkutan baik itu darat, laut dan udara. Artinya, musim mudik menjadi momen yang tepat untuk menangguk untung. Hal ini bukanlah menjadi hal yang berlebihan selama negara masih menerapkan pasar bebas.
Anehnya, kenaikan yang meningkat tajam bukan menjadi penghalang untuk tetap mudik bersama keluarga yang disayangi. Yang menjadi ketiban pulung adalah pengusaha yang wajib membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya. Belum lagi di sisi sepanjang perjalanan mudik juga menjadi warna tersendiri, seperti menjamurnya bengkel dadakan, tempat makan dan rehat, asongan, sampai jasa urut tidak ketinggalan mendapat kecipratan rejeki dari pemudik.
Dari segi keamanan, sebenarnya pemudik menjadi sasaran empuk penjahat untuk melakukan aksinya. Sebut saja seperti pemudik yang terbius setelah meminum atau memakan makanan dari seseorang yang tidak dikenalnya. Perampasan, pencopetan bahkan kejahatan seperti perampokan menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai oleh pemudik. Sebab kenapa menjadi sasaran, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kalau pemudik biasanya banyak membawa uang dan perhiasan untuk keluarganya di kampung. Modus ini bisa dibaca oleh siapapun termasuk penjahat yang ingin mengambil untung sesaat. Memang, ini merupakan bagian dari tugas kepolisian tetapi alangkah baiknya jika pemudik hati-hati dan waspada jangan sampai lengah. Kejahatan datang bukan karena niat tapi karena ada kesempatan, begitu kata salah satu tokoh di sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Setiap pemudik ingin sekali perjalanan mudiknya nyaman. Aspek yang satu ini sesungguhnya sangat penting tetapi di saat waktu menjadi sempit dan pemudik tidak mendapatkan moda angkutan, kenyamanan menjadi tidak lagi yang di damba. Yang terpikir adalah bagaimana bisa pulang kampung dan terangkut pulang meskipun berdesak-desakan dan sekujur badan penuh dengan peluh.
Dari segi keamanan, sebenarnya pemudik menjadi sasaran empuk penjahat untuk melakukan aksinya. Sebut saja seperti pemudik yang terbius setelah meminum atau memakan makanan dari seseorang yang tidak dikenalnya. Perampasan, pencopetan bahkan kejahatan seperti perampokan menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai oleh pemudik. Sebab kenapa menjadi sasaran, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kalau pemudik biasanya banyak membawa uang dan perhiasan untuk keluarganya di kampung. Modus ini bisa dibaca oleh siapapun termasuk penjahat yang ingin mengambil untung sesaat. Memang, ini merupakan bagian dari tugas kepolisian tetapi alangkah baiknya jika pemudik hati-hati dan waspada jangan sampai lengah. Kejahatan datang bukan karena niat tapi karena ada kesempatan, begitu kata salah satu tokoh di sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Setiap pemudik ingin sekali perjalanan mudiknya nyaman. Aspek yang satu ini sesungguhnya sangat penting tetapi di saat waktu menjadi sempit dan pemudik tidak mendapatkan moda angkutan, kenyamanan menjadi tidak lagi yang di damba. Yang terpikir adalah bagaimana bisa pulang kampung dan terangkut pulang meskipun berdesak-desakan dan sekujur badan penuh dengan peluh.
Untungnya dengan memperhatikan kejadian-kejadian sebelumnya, para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun pengusaha membantu pemudik dengan program mudik gratis. Untuk yang satu ini, pengusahalah bintangnya. Tak terhitung, banyak juga pengusaha yang menyediakan mudik gratis bagi karyawannya. Sedangkan pemerintah biasanya menambah armada untuk membawa pemudik yang tidak terangkut. Kenyamanan tetap menjadi faktor utama bagi pengusaha sebagai bagian dari rasa perhatian dan bentuk apresiasi dari pengabdian karyawannya.
Benar, mudik menjadi ciri khas yang unik bagi Indonesia yang rakyatnya banyak merantau baik itu dari luar maupun dalam negeri. Mudik akan menjadi bermakna jika dilakukan dengan perhitungan yang matang. Patuhi rambu lalulintas, perhatikan tanda dan penunjuk jalan dan perhatikan juga kesiapan kendaraan selama dalam perjalanan. Tidak melulu kewajiban dari pemerintah yang mengatur kelancaran mudik tetapi juga menjadi keharusan bagi pemudik. Nilai kepedulian dan kesabaran harus ditanamkan sejak dini, dan menjadi ajang tempat pengujian ibadah selama bulan puasa. Jika semua yang berkepentingan peduli, niscaya tradisi mudik menjadi menyenangkan dan pengalaman yang tak terlupakan.
Benar, mudik menjadi ciri khas yang unik bagi Indonesia yang rakyatnya banyak merantau baik itu dari luar maupun dalam negeri. Mudik akan menjadi bermakna jika dilakukan dengan perhitungan yang matang. Patuhi rambu lalulintas, perhatikan tanda dan penunjuk jalan dan perhatikan juga kesiapan kendaraan selama dalam perjalanan. Tidak melulu kewajiban dari pemerintah yang mengatur kelancaran mudik tetapi juga menjadi keharusan bagi pemudik. Nilai kepedulian dan kesabaran harus ditanamkan sejak dini, dan menjadi ajang tempat pengujian ibadah selama bulan puasa. Jika semua yang berkepentingan peduli, niscaya tradisi mudik menjadi menyenangkan dan pengalaman yang tak terlupakan.