KARAKTER MASYARAKAT KOTA YANG BERUBAH
TEST CASE : ULAH SEGELINTIR PEMOTOR
Memahami karakter masyarakat perkotaan, apalagi
masyarakat Jakarta yang berpenduduk lebih dari 20 juta jiwa, sulit-sulit
gampang. Mau tau ? coba cek perilaku pengendara motor di jalan raya. Kita sebut
saja, pemotor. Namun sebelum itu, mari kita lihat jumlah kendaraan yang
berlalulalang dijalan Jakarta menurut catatan kepolisian.
Dari catatan
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan di Jakarta dari
Januari hingga 21 Desember 2013 sebanyak 16.043.689 unit. Rinciannya sebanyak
11.929.103 unit merupakan sepeda motor, 3.003.499 mobil, 360.022 bus, 617.635
mobil barang, dan 133.430 kendaraan khusus.
Dengan catatan yang fantastis, hampir empat kali
lipat dari jumlah pertumbuhan mobil, motor mempunyai peran yang sangat penting
guna menunjang kehidupan masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Jumlahnya yang
mencapai hampir 12 juta, mengindikasikan raihan positif pada pertumbuhan
ekonomi, utamanya di bidang industri otomotif. Sayangnya, hampir semua lapisan
masyarakat mengakui, pertumbuhan ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan jalan.
Sulitnya lahan menjadi kendala utama sudah bukan jadi rahasia lagi.
Pada sisi yang lain, melubernya jumlah motor juga
menambah orang ingin memiliki SIM. Dari data Polda Metro Jaya, angka
pertumbuhan pemohon SIM dari tahun ke tahun terus meningkat. Seperti yang
diungkapkan oleh harian digital terkemukan http://news.detik.com/read/2014/01/08/114237/2461428/10/tahun-2014-pemohon-sim-di-jakarta-diprediksi-melonjak,
Direktorat Lalu
Lintas Polda Metro Jaya telah mengeluarkan 764.012 lembar SIM. Angka ini
meningkat 13,6 persen dari tahun 2012 yang mencapai total 672.285 pemohon SIM.
Dari angka tersebut, yang paling mendominasi adalah pemohon
SIM C (motor) dengan angka 372.585 lembar, kemudian SIM A (mobil) sebanyak
332.805, SIM BI sebanyak 35.177, SIN B II sebanyak 2.257, SIM A Umum sebanyak
3696, SIM B I Umum sebanyak 11.947, SIM B II umum sebanyak 5.281 dan SIM D
(untuk disabel) sebanyak 264.
Sementara itu, di tahun 2012, jumlah pemohon SIM A mencapai 283.459, SIM B1 sebanyak 31.350, SIM B II sebanyak 2.049, SIM C sebanyak 336.504, SIM A Umum sebanyak 3522, SIM B 1 Umum sebanyak 4.511 dan SIM D sebanyak 29.
Namun demikian, jumlah total pemohon SIM dengan total
kendaraan ini terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Dari total jumlah
kendaraan di tahun 2013 yang mencapai 16 juta lebih, pemohon SIM hanya mencapai
764.012.
Dengan demikian bisa disimpulkan sementara, bahwa angka
pemohon SIM dengan pemotor yang mencapai 16 juta lebih tidak sebanding dengan
jumlah motor dan dapat berimplikasi terhadap cara pemotor mengendarai
kendaraannya.
Disinyalir, angka inilah (yang belum punya SIM) tidak mampu
menguasai cara berkendaraan yang baik. Tidak adanya sikap sabar, ngebut sana
sini, tanpa mempedulikan sesama belum lagi menyerobot pedestrian jalan bahkan
zebra cross, semua mata yang melihat sepakat mengekpresikan kegemasannya
terhadap ulah pemotor yang serabutan.
Efek yang demikian belum termasuk antar sesama pemotor.
Bahkan sering terjadi tindak kekerasan dan pelanggaran yang terungkap dari ulah
segelintir pemotor yang egois dan menang sendiri terhadap pemotor lainnya. Bukan
tidak mungkin, dengan tingginya tekanan psikologis, keinginan untuk mengejar
tujuan berwujud pada perkelahian sesama pemotor.
Sikap dan perilaku yang demikian, menimbulkan karakter baru
bagi masyarakat perkotaan. Tidak hanya pemotor tapi juga masyarakat lainnya. Ingin
menang sendiri dan tidak mempedulikan sesama, kini menjadi karakter baru masyarakat
perkotaan. Sedikit sekali kepedulian terhadap sesama. Bahkan seorang pemotor
yang jatuhpun, tidak luput dari sorakan dan umpatan dari masyarakat yang jenuh
terhadap ulah segelintir pemotor. Padahal korban jatuh dari motor belum tentu
yang bersalah.
Terhadap perubahan sikap masyarakat tersebut, selayaknya kita
mengelus dada. Bagaimana bila kesialan menimpa diri kita. Disaat berusaha
mengendarai motor dengan sebaik mungkin, disaat itu pula kita mengalami
kecelakaan, entah itu pelanggaran oleh kita atau kita yang dilanggar oleh oknum
pemotor lainnya.
Di atas kertas putih ini, penulis mengungkapkan keprihatinan
yang mendalam terhadap pemotor yang maunya menang sendiri, merasa jago, srudak
sruduk dan serempet sana serempet sini tanpa merasa bersalah sedikitpun. Sikap verbal
yang ditunjukkan kadang-kadang merasa hebat meski sudah jelas pelanggaran yang
dilakukannya.
Haruskah menghadapi ulah pemotor nakal, dengan umpatan dan
sorakan ? haruskah pula kita terjebak dengan perubahan karakter yang
bergelombang datang menggelayuti masyarakat kota. Sungguh tidak bijak bila itu
menjadi jalan keluar. Saatnya kepolisian harus melakukan penegakkan hukum di
jalan dengan frekuensi lebih. Selain melakukan pengetatan ijin permohonan
pembuatan SIM.***(RKS/17/2/14)