Jumat, 08 April 2011

Malangnya Nasib Saluran Air

Gbr oleh lingkarstudyrumput...
Menyusuri jalan dari titik nol hingga ratusan kilometer, dari kampung ke kampung, desa ke desa hingga gang ke gang dan mata terusik pada kenyataan nasib saluran air di sebelah kiri dan kanan jalan. Apa sebab ? mengaitkan banjir dengan dampak yang diakibatkannya dan jika ditarik benang merahnya terlihat jelas ketiadaan perhatian terhadap nasib saluran air di pinggir jalan.

Tidak melulu sampah, tidak juga penyimpangan cuaca, saluran air ternyata kehilangan fungsi. Fungsi saluran air untuk mengairi aliran air yang mengalir, kini lebih banyak ditumbuhi rerumputan dan mendangkalnya kedalaman saluran air itu sendiri. Berita buruknya lagi, ternyata saluran air telah ditutup dengan aspal atau cor-coran beton demi ruang yang luas dan lebar oleh si empunya bangunan, entah itu rumah, toko, gedung atau pabrik.

Sejatinya, fungsi saluran air jika dilakukan dengan baik dan benar bisa mencegah banjir, kerusakan jalan dan pemandangan yang tak sedap. saluran air menjadi bagian penting sirkulasi alam dan lingkungan. Tapi, saluran air saat ini menjadi mandul dan teronggok tak terawat. Partisipasi masyarakat dalam menata saluran air saat ini sangat rendah. Saluran air dianggap hanya mengaliri air saat musim hujan saja.

Menilik semakin sempitnya lahan dan ruang terbuka, entah di kota maupun di desa menjadi faktor dominan kenapa saluran air menjadi kehilangan fungsi. Dengan kata lain, tidak hanya tempat yang menyalahi ruang yang bakal tergusur, saluran air juga bisa menjadi korban penggusuran. Kalau demikian, siapa lagi yang peduli terhadap saluran air. Tugas penataan kembali bukan hanya milik pemerintah daerah tetapi juga kewajiban kita semua. Kepedulian dan perhatian kita menjadi penentu nasib saluran air.

Lucunya lagi, saluran air jika musim kemarau ditumbuhi rerumputan yang hijau dan menjadi sarang tempat tinggal yang nyaman berbagai macam serangga bahkan binatang melata. Lain halnya di musim penghujan, membuat macet air mengalir dan membuat susah air berjalan hingga tumpah ruah ke jalan. Ujung-ujungnya, saluran air kerap disalahkan menjadi biang keladi terjadinya banjir.

Setelahnya, jalan menjadi rusak, tutup tambal jalan menjadi proyek yang tidak pernah habis. Timbul kesan pemerintah tidak serius memperbaiki jalan, kualitas jalan yang rendah atau habis dimakan korupsi. Tuduhan yang kerap panas didengar dan kurang elok dilihat. Padahal menjadi kewajiban pemilik bangunan untuk menjaga penataan lingkungan yang baik. Karena lingkungan yang baik, bisa melindungi kehidupan manusia dari kerusakan.

Selain itu, menimpakan kesalahan kepada orang lain ketimbang menyadari kekeliruan merubah fungsi saluran air sangat disesalkan dan patut dievaluasi kembali. Tidak sedikit keuntungan yang bisa diambil dari saluran air yang ditutup atau digusur. Hanya untuk sebuah keuntungan, saluran air bisa dimanfaatkan untuk melebarkan atau meluaskan lahan, entah itu untuk parkir, bangunan yang semi maupun permanen dan kadang pula dimanfaatkan untuk berdagang. Akhirnya timbul berbagai permasalahan di luar seharusnya. Kalau begini, salah siapa ?

Ayo, mumpung belum datang musim hujan, perbaiki saluran air dan jangan menutupnya untuk perluasan lahan, jikalau harus menutup saluran air tidak perlu selalu diaspal atau dibeton, cukup gunakan besi yang dimodifikasi dengan ruang cukup untuk air mengalir.