Selasa, 20 Desember 2011

Fatamorgana Dalam Kehidupan


Ilustrasi
Seorang sahabat pernah mengatakan, hidup itu bagaikan fatamorgana. Dari jauh tampak berair, basah dan subur penuh dengan kenikmatan dan gairah, yang bisa mengantarkan seseorang pada satu tujuan mulia, yaitu sukses. Namun sebenarnya, tidak tampak seperti yang dibayangkan. Kehidupan itu justru penuh dengan godaan, cobaan, intrik dan saling bersaing.

Dengan bahasa yang sederhana, hidup itu adalah sebuah klimaks kenikmatan duniawi yang hanya sekejap. Sebuah tempat berteduh sementara, tempat transit untuk menuju pada alam kehidupan yang lain. Di dalamnya banyak cerita dan episode setiap anak adam tentang pengalaman yang menghampiri sepanjang waktu. Sebagai seorang pemeran layaknya sebuah film, setiap manusia diberikan peran yang sudah dikodratkan oleh Sang Penguasa Tunggal, Tuhan Yang Maha Kuasa yang mengatur segala sendi kehidupan manusia.

Dengan kuasaNya, setiap manusia diberikan kemampuan untuk menghadapi setiap cobaan, godaan dan ujian. Manusia diberikan akal, pikiran juga hati nurani. Pemberian inilah yang menempatkan manusia pada kasta tertinggi daripada makhluk ciptaanNya yang lain, termasuk iblis sekalipun.

Manusia juga memiliki kecerdasan dan perasaan. Kemampuan yang luar biasa ini, setidaknya menjadi sebuah pijakan kokoh untuk menjalani hidup di dunia. Akan menjadi lebih sempurna, ketika semuanya itu dibungkus dengan dogma ajaran agama. Dan hidup menjadi terasa indah jika semuanya itu berpadu dan membaur menjadi satu elemen kepribadian manusia yang mampu membuat sejarah dan meninggalkan nuansa seni serta harmoni kehidupan.

Nilai ajaran agama yang suci dan mulia tersebut merupakan panduan yang tidak bisa dielakkan bagi anak cucu adam. Sebuah panduan yang dirasa cukup sebagai bekal menghadapi sisa-sisa kehidupan. Nilai yang tiada tanding ini, mampu menahan dan mencegah egoisme, sebuah sifat jelek manusia yang melekat sejak dia menginjak dewasa. Nilai jelek yang berasal dari ajaran syaitan dan iblis melalui tiupan-tiupan tipuan dan kebohongan, bisa membuai sekaligus menjerumuskan manusia ke dalam lembah jurang yang hina dan nista.

Untuk itu, menyongsong tahun baru yang penuh harap, hendaknya manusia tidak lagi mengulangi segala bentuk perilaku yang negatif yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Setiap pergantian tahun, banyak orang memaknai tambah umur dan usia serta pengalaman, tetapi sejatinya disitulah kita kian dekat dengan kematian karena jatah hidup yang berkurang.

Entah itu, penyakit yang datang, musibah, bencana alam, perang atau ketika dalam keadaan sehat. Mati adalah sebuah vonis Tuhan yang tidak bisa dihindari oleh setiap makhluk hidup. Suka tidak suka, senang tidak senang, mati itu pasti datang. Sebuah pesan yang serius dari Tuhan yang harus disikapi hambaNya untuk tidak terlena dengan nikmat dunia yang sementara. 

Oleh karena itu, bagi kita menyongsong tahun baru yang sebentar lagi datang, ada baiknya kita tinggalkan segala perbuatan yang jelek dan tercela yang tidak sesuai dengan ajaran agama maupun kebiasaan hidup manusia sehari-hari. Songsonglah tahun depan menjadi awal kebangkitan menggemanya nilai kebaikan dan kebajikan yang bisa menerangi cahaya hidup umat manusia. Dengan begitu akan tercipta harmoni kehidupan yang nyaman, tenang, damai dan kita bisa meninggalkan suatu kesan indah tentang arti sebuah hidup.

Tinggalkan korupsi, tinggalkan kolusi, tinggalkan nepotisme, tinggalkan gratifikasi, tinggalkan pula dendam, tinggalkan dengki, tinggalkan sifat iri, tinggalkan amarah, tinggalkan prasangka buruk, sifat cela mencela, sifat menfitnah dan sifat yang membawa pada kemalasan, sifat jumawa, sifat ria ataupun sifat-sifat lainnya yang patut kita berantas dalam kondisi apapun. Meskipun itu berat dan butuh perjuangan sert pengorbanan.

Selamat Tahun Baru 2012.

Senin, 19 Desember 2011

Tahun Baru, Tahun Memaknai Hidup

Tahun 2011 sebentar lagi meninggalkan kita. Tahun-tahun yang penuh dengan suka dan penuh duka bagi umat manusia. Banyak cerita yang bisa ditulis maupun diceritakan, dari penuh makna hingga teguran, kebahagiaan dan kesedihan. Berbaur menjadi satu nilai hidup yang harus dilewati. Nilai hidup yang sejatinya menyertai manusia dari lahir hingga sampai pada ketiadaan.

Tahun 2011 adalah tahun yang penuh dengan kebangkitan asa. Bangkit dari ketidak jelasan pilihan hidup untuk membuat suatu karya menjadi sesuatu yang berguna dalam hidup. Ketidakjelasan pilihan yang sesungguhnya bukan domain penulis saja, penulis yakin di luar pintu sana, banyak teman dan kawan penulis merasakan hal yang sama. Hanya ketidak jelasan pilihan muncul akibat dari keragu-raguan. Mungkin tidak sedikit rekan-rekan yang pernah terjebak dalam suatu pilihan. Pilihan yang sangat menentukan bagi masa depan anda.

Dalam kondisi demikian, tidak bisa dipungkiri, kita mengalami keragu-raguan bahkan sulit untuk menentukan pilihan. Berhari-hari hingga berbulan-bulan, waktu yang tersedia kadang terlewat tanpa tidak tahu pilihan itu. Meskipun sudah dicoba dengan perbuatan yang dianjurkan agama, tetap pilihan itu sulit terwujud. Hingga pada suatu waktu ketidak jelasan dalam pilihan, membawa kita pada cerita layaknya mengalir seperti air. Terbawa, terombang-ambing, terbentur, dipaksa cepat kadang juga dipaksa lambat derasnya air. 

Memang dalam perjuangan menyusuri kebahagian dan kemuliaan sangat sulit dan sungguh tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan kita sendiri. Inipun berlaku dalam kehidupan penulis. Namun begitu, tidak menyurutkan penulis untuk terus bangkit mencari jatidiri agar tidak terombang-ambing derasnya realita hidup.

Tahun 2011 merupakan tahun kebangkitan untuk mewujudkan cita-cita. Dambaan akan tercapainya cita-cita meriah kebahagiaan dan kemuliaan hidup menjadi tujuan bagi penulis, mungkin juga tujuan rekan pembaca yang budiman. Caranya bagaimana ? Inilah pertanyaan yang selalu menghantui setiap saat dalam diri penulis. Menjawab soal ini sebenarnya sangat mudah, hanya kadang-kadang kita sendiri tidak menyadari potensi yang ada dalam diri kita sendiri. Ya, potensi diri, itu kata kuncinya.

Perlahan dan pasti kata kunci itu kini mulai menampakkan titik terang jawaban bagaimana menjawab pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang sesungguhnya bisa dimaknai sebagai penuntun membuka kegelapan dari ketidak jelasan dalam menentukan pilihan.

Mulailah mengeksplorasi potensi diri yang terpendam yang bisa membuka cakrawala dengan tidak menafikan mengasah dan mengarahkannya setiap hari. Sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia sesungguhnya manusia telah disiapkan mengarungi bahtera hidup dengan berbagai kemampuan. Kemampuan inilah yang mampu menciptakan ide dan kreatifitas setiap insan dan hambaNya.

Namun begitu, munculnya ide dan kreatifitas secara otomatis membuat otak bekerja lebih teroptimalkan. Kerja keras dan usaha tanpa kenal lelah bisa diyakini mampu mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Konon, otak manusia digunakan hanya sebesar 4%, sisanya tergantung manusia mengolah otaknya sendiri.

Ya, dengan mengoptimalkan kemampuan diri, setiap manusia dipastikan mampu mewujudkan setiap cita-cita dengan melalui tahun demi tahun, termasuk memasuki tahun baru yang penuh tantangan. Memang dalam hidup ada kemudahan dan kesusahan, ada bahagia dan ada air mata berpasang-pasangan seperti yang sudah dikodratkan dalam kehidupan dunia fana. Sebuah pengalaman bisa menjadi hikmah dan penuntun jalan hidup. 

Memang belum sepenuhnya bisa diraih, tetapi bagi penulis tahun 2011 adalah tahun yang penuh makna. Penulis mengajak, mari kita memaknai pilihan hidup. Hidup yang penuh warna di Tahun 2011 sekaligus memerdekakan diri dari kebodohan dan kepongahan buat jadi bekal ditahun-tahun berikutnya.