Senin, 11 Juli 2011

Badan Jalan Tergenang Air, "Who is the Responsbility ?"

Layaknya, sebuah badan jalan, mempunyai saluran air dikiri maupun kanan jalan, yang mampu menampung dan mengaliri air baik saat musin hujan maupun dimusim kemarau. Namun demikian, kenyataannya sekarang tidak lagi terlihat. Banyak mata memandang sekeliling pinggiran Jakarta, baik jalan utama maupun jalan akses, sering mengalami kerusakan. Dari aspal yang mengelupas sampai beton yang retak. Dan yang patut dipersalahkan, salah satunya adalah terganggunya fungsi saluran air.

Seperti dibeberapa sudut suatu perkampungan, banyak badan jalan yang rusak akibat genangan air selokan tumpah ruah ke jalan. Air kotor yang seharusnya bisa mengalir lancar, ternyata tidak bisa mengalir sebagaimana mestinya. Pendangkalan selokan dan kurangnya perhatian terhadap fungsi saluran air, menjadi biang keladi jalanan mudah rusak. Meskipun usaha dari dinas terkait sudah melakukan perbaikan jalan, tidak usah ditanya, dalam tempo sebulan pasti sudah rusak lagi. Dan lagi-lagi, pengguna jalan mengeluh hingga mengusap dada sebagai tanda keprihatinan yang teramat dalam.

Ada beberapa penyebabnya, sikap masyarakat yang membuka usaha dipinggir jalan dengan sengaja menutup ruang terbuka saluran air demi pelebaran lahan. Pada saat hujan dan terjadi pendangkalan, bisa dipastikan air akan meluber dan tumpah ke jalan.

Adanya perubahan peruntukkan bangunan atau lahan yang sedianya sebagai tempat tinggal menjadi tempat usaha. Tidak dipungkiri, berubahnya tata ruang disebabkan tingginya nilai ekonomis sebuah lahan dipinggir jalan. Pemerintah terkait sendiri loyo meredam perubahan tata ruang tersebut, bahkan ada dugaan main mata oknum masyarakat dan oknum petugas terkait di lapangan.

Kemudian, masih rendahnya masyarakat memahami fungsi saluran air di pinggir jalan. Terbukti, saat ada ruas jalan yang digenangi air, tampak sang empunya tempat usaha tidak peduli. Dengan dalih, sudah tugas dinas terkait, oknum masyarakat itu lepas tanggung jawab dari rusaknya badan jalan. Bahkan pura-pura tidak mengerti. Padahal di depannya, sebuah lahan tidak lebar telah berdiri di atas saluran air, menutup ruang aliran air di bawahnya.

Selain itu, usaha dinas terkait memperbaiki jalan patut diberikan apresiasi yang tinggi. Namun, usaha tersebut tidak dibarengi dengan perbaikan saluran air. Pendangkalan saluran air dapat menyebabkan terhambat dan kurang lancarnya air pelimbahan mengalir.

Dengan kenyataan di atas, perlu dilakukan langkah-langkah mengembalikan fungsi saluran air sebagaimana mestinya. Mindset masyarakat tentang lahan yang bernilai ekonomis harus diberikan pemahaman seimbang. Dalam hal ini, pemerintah perlu turun tangan memberikan pelatihan sebelum masyarakat memulai usaha.

Kemudian, berubahnya tata ruang harus disikapi tegas oleh pemerintah. Masyarakat perlu diberikan penjelasan aturan-aturan yang terkait dengan tata ruang. Sikap persuasif hendaknya lebih diutamakan, kalau perlu pemerintah mensosialisasikan aturan tersebut hingga ke pelosok perkampungan. Dan, yang tidak kalah penting adalah memberikan pencerahan betapa pentingnya saluran air bagi keutuhan jalan. Dinas terkait harus berintegrasi bahu membahu memberikan edukasi kepada masyarakat.

Pemahaman akan fungsi saluran air, setidaknya memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Melihat bagusnya jalan adalah dambaan kita semua. Tidak selalu pemerintah yang ketiban tanggung jawab, kita sebagai masyarakatpun harus pula memikul  tanggung jawab memelihara keutuhan jalan. Dengan demikian, kesejahteraan mana lagi yang bisa dinikmati selain jalanan bagus dan tidak rusak.

Bagaimana dengan anda ?

Langkah Hidup, Percaya Diri dan Kepribadian

Sebuah idiom lama mengatakan, langkah awal menentukan langkah akhir. Kiranya, sangat tepat diberikan perhatian serius jika ingin menggapai sukses dalam perjalanan hidup. Salah sedikit saja menentukan langkah, bisa dipastikan akan tergelincir dalam sebuah episode hidup yang tidak diinginkan. 

Sebagai contoh, tengok sajalah kasus Nazaruddin, seorang mantan petinggi partai pemenang pemilu 2009 yang kini buron. Nazaruddin kini tersandung banyak masalah. Ada banyak kasus yang harus diselesaikan melalui jalur hukum, tetapi dirinya sekarang hilang bak ditelan ombak besar. Terlepas dari prasangka yang ditujukan padanya, politisi muda berusia 33 tahun ini awalnya sangat percaya diri, namun salah langkah dalam mengambil putusan hidup, ia kini menjadi pergunjingan orang di seantero nusantara.

Namun begitu, di sini kita sedang tidak membahas tentang Nazaruddin, tetapi adalah sebuah keniscayaan jikalau kita sebagai pribadi dalam melangkah, menentukan putusan ataupun bersandar pada cita-cita besar, selalu mengedepankan keberhasilan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Betul, percaya diri itu perlu.  Seperti yang dikatakan Joe Matsuda dalam blognya (joematsuda.com), rasa percaya diri adalah modal untuk mencapai kesuksesan dalam hal apapun. Rasa percaya diri bisa diartikan sebagai keberanian dalam diri sehingga seseorang mampu melakukan sesuatu yang dianggapnya benar.

Namun dalam perjalanan hidup, terkadang kita sendiri sering disibukkan dengan percaya diri, yang tidak jarang menuntun kita salah pilih mengambil langkah. Kita sendiri tidak paham, anomali apa yang terjadi dalam diri kita. Perubahan pandangan yang begitu cepat demi sebuah kepentingan, serta merta bisa membalikkan sikap orang menjadi 180 derajat.

Nah, kalau sudah begini, bisa dipastikan sulit untuk mundur, apalagi ketika dipersimpangan jalan, ada tekanan besar yang harus meneruskan langkah tersebut. Dan, menjadi masalah ketika langkah yang terlanjur dipilih, berujung pada ketidakpastian atau dengan kata lain keluar dari jalur yang semestinya. Ini menjadi sebuah ironi dan sesuatu yang tidak diharapkan. Semuanya bermula dari egoistis pribadi yang mengedepankan percaya diri.

Keinginan untuk berhasil, melalui apa, dengan cara apa, tanpa disadari bisa membungkus pribadi pada kecongkakkan. Alhasil, terbentuklah pribadi yang sering membanding-bandingkan antara subyek yang satu dengan subyek yang lain. Ketika itu terjadi, pribadi yang mulanya mempunyai visi dan misi mulia, mendadak menjadi pribadi yang menjunjung kepentingan.

Padahal, kepentingan bukanlah segala-galanya. Kepribadianlah yang menjadi abadi dan orang akan selalu ingat siapa kita. Kepentingan adalah jalan menuju sukses pribadi. Alangkah indahnya kepentingan, jika dilandasi dengan karakter percaya diri dan tidak congkak terutama menentukan langkah apa yang hendak diambil.

Saya pernah teringat pesan seorang guru yang kini sudah almarhum. Dirinya pernah berpesan kepada saya tentang makna kehati-hatian dalam melangkah. “Hati-hati saat melangkah, pikir dua kali,” katanya.

(Sejauh memandang, tapi tak sempurna, namun tetap berusaha menjadi yang terbaik).