Rabu, 25 Juli 2012

TEMPE DAN TAHU, SAYANGKU DAN GALAUKU


Gambari : Tempe dan Tahu
Saat kecil dulu, ketika waktu makan tiba kami bertiga seringkali disuguhi tempe atau tahu. Panganan khas terbuat dari kedelai yang dipotong berbentuk persegi empat tersebut, mampu membius selera akan cita rasanya yang menggoda perut ketika lapar. Dan yang terjadi kemudian adalah, makan menjadi nikmat ketika tempe atau tahu selalu hadir menemani keriuhan makan bersama. Bahkan tempe dan tahu telah menjadi kebiasaan yang harus dihadirkan ketika tiap kali ingin bersantap hingga sekarang ketika kami telah dewasa.

Definisi Tempe

Sedikit informasi tentang tempe dari beberapa website yang dikunjungi penulis mendefinisikannya sebagai berikut, Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".

Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

Sedikit Cerita Tentang Tempe dan Tahu

Beberapa tahun yang lalu, tempe dan tahu pernah menghilang dari peredaran. Sejatinya, tahu dan tempe harus hadir ketika saat makan tiba. Entah itu kami, anda atau lainnya yang menginginkan kudapan itu ada. Saat itu, semua orang teriak saat tempe dan tahu hilang. Pertanyaan kemudian mengarah kepada pengrajin tempe dan tahu di sentra-sentra industri makan khas tersebut.

Atas pertanyaan masyarakat, para pengrajin hanya lemas untuk menjawab. Mereka hanya bilang, pasokan kedelai mengalami kenaikan harga. Harga yang sebelumnya dianggap murah dan terjangkau, kemudian naik dan mampu mencekik margin keuntungan dari modal dan hasil penjualan tempe dan tahu.

Dengan kejadian itu, pemerintah kemudian melakukan upaya penstabilan harga dengan mengimpor kedelai dari negara produsen. Harga tempe dan tahu kemudian turun dan kembali kedua makanan khas Indonesia ini muncul ditengah masyarakat. Kehadirannya mampu membuat orang jatuh hati. Tempe dan tahu kini perlahan dan pasti menjadi sumber panganan yang mampu menyusul dibelakang beras, jagoan dan favorit masyarakat Indonesia.

Tempe dan Tahu Hilang

Kini, di minggu keempat bulan Juli tahun 2012, tempe dan tahu kembali hilang. Ihwal hilangnya makan khas tersebut ditenggarai karena seretnya pasokan dari Amerika, negara produsen kedelai yang mengalami penurunan produksi akibat kekeringan yang melanda wilayahnya.

Seretnya pasokan otomatis membuat harga kedelai melambung. Dari semula Rp. 6.000 perkilogram, kini menjadi Rp. 8.000 perkilogram. Kenaikan ini serta merta membuat pengrajin tempe dan tahu menjerit. Kenaikan bahan dasar sebesar Rp. 2.000 per kilogram, rupanya mempengaruhi produksi olahan kedelai tersebut. Bagi pengrajin yang mempunyai stok modal bagus, kenaikan Rp. 2.000 untuk sementara waktu tidak terlalu berpengaruh. Namun bagi pengrajin tempe dan tahu yang mempunyai modal pas-pasan, tentu kenaikan harga kedelai saat ini sangat mempengaruhi produksi dan harga jualnya kembali.

Pola pikir masyarakat Indonesia yang masih menomorsatukan harga murah, membuat pengrajin berpikir dua kali untuk menaikkan harga jual tempe dan tahu. Ujung-ujungnya, mereka menyiasatinya dengan mengurangi volume maupun bentuk tempe dan tahu sebelumnya. Meski itu diyakini bisa mengecawakan penikmat tempe dan tahu, cara tersebut adalah cara yang simple agar usaha tetap hidup.

Tempe dan Tahu bikin Galau

Terhadap kenyataan ini, pemerintah dipandang belum bisa melakukan langkah yang berarti. Pemerintah masih sebatas memberikan keyakinan bahwa harga jual bahan olahan tempe dan tahu (kedelai) masih dalam batas kepatutan. Menurut informasi yang didapat, pemerintah masih mentolerir kenaikan kedelai sampai batas maksimun 10%. Beberapa pejabat instansi terkait yang mengingatkan masyarakat agar jangan panik menghadapi isu hilangnya tempe dan tahu.

Pejabat tersebut sepertinya kehabisan ide untuk menjawab luapan kebingungan yang melanda pengrajin tempe dan penikmat tempe dan tahu seperti kita-kita. Malah sayup-sayup terdengar rayuan, “tempe tipis renyah dan enak” menjadi seperti ungkapan yang diyakini mampu menenangkan kegalauan penikmat tempe dan tahu, sekaligus menahbiskan secara lisan kepada pengrajin tempe dan tahu untuk mensiasati bentuk menjadi lebih kecil adalah tidak mengapa.

Dirinya berkeyakinan, penaikkan harga kedelai saat ini (Rp. 8.000) membuat petani kedelai nasional malah bisa bersaing. Harga Rp. 8.000 bisa membuat kesejahteraan petani kedelai nasional makin meningkat. Betul atau tidak ungkapan sang pejabat tersebut, sepertinya belum mampu membius kekhawatiran masyarakat akan hilangnya tempe dan tahu termasuk pengrajin tempe dan tahu yang khawatir usaha produksi makanan tersebut mati.

Harapan-harapan

Terlepas dari itu, semestinya pemerintah bergerak cepat mengambil langkah-langkah penting agar menghilangnya tempe dan tahu bisa dicegah. Satu contoh saja, beberapa tahun yang lalu, tahun dimana tempe dan tahu hilang, pemerintah pernah memberikan subsidi Rp. 1.000 kepada pengrajin tempe untuk membeli kedelai. Kebijakan tersebut, ternyata mampu mencegah tempe dan tahu hilang. Nah, apakah kebijakan tersebut bisa dimungkinkan untuk diterapkan saat ini ? Saya berharap pemerintah bisa memberikan solusi cepat dan tepat sekaligus memberikan informasi yang bisa ditangkap masyarakat.

Apapun kebijakan yang akan diambil, sebenarnya tidak mengubah tempe dan tahu akan citarasanya yang terlanjur melekat dalam indera perasa masyarakat Indonesia. Yang mampu mengubah adalah ketersediaan tempe dan tahu menjadi sebuah harmoni kekayaan pangan Indonesia. Dan, harmoni inilah yang harus dijaga di Republik Sejuta Kuliner, agar senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat.

Dari sebuah tempe dan tahu, bisa menjalar kemana-mana, itulah uniknya. Tempe dan tahu mampu menghipnotis masyarakat Indonesia. Tempe dan tahu mampu mengambil peran dalam perekonomian nasional. Tempe dan tahu juga mampu memberikan warna tersendiri, bahkan warna politik dalam negeri jelang pemilu tahun 2014 yang akan datang.