Gambari : Tempe dan Tahu |
Saat
kecil dulu, ketika waktu makan tiba kami bertiga seringkali disuguhi tempe atau
tahu. Panganan khas terbuat dari kedelai yang dipotong berbentuk persegi empat
tersebut, mampu membius selera akan cita rasanya yang menggoda perut ketika
lapar. Dan yang terjadi kemudian adalah, makan menjadi nikmat ketika tempe atau
tahu selalu hadir menemani keriuhan makan bersama. Bahkan tempe dan tahu telah menjadi
kebiasaan yang harus dihadirkan ketika tiap kali ingin bersantap hingga
sekarang ketika kami telah dewasa.
Definisi
Tempe
Sedikit
informasi tentang tempe dari beberapa website yang dikunjungi penulis mendefinisikannya
sebagai berikut, Tempe adalah makanan
yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain
yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae,
Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan
fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang
yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan,
kalsium,
vitamin B
dan zat besi.
Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara
umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai
pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak
masam.
Tempe
banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian
di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging.
Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika
Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain)
unggul Rhizopus untuk
menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan
gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam
keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe
unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi
undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Sedikit
Cerita Tentang Tempe dan Tahu
Beberapa
tahun yang lalu, tempe dan tahu pernah menghilang dari peredaran. Sejatinya,
tahu dan tempe harus hadir ketika saat makan tiba. Entah itu kami, anda atau
lainnya yang menginginkan kudapan itu ada. Saat itu, semua orang teriak saat
tempe dan tahu hilang. Pertanyaan kemudian mengarah kepada pengrajin tempe dan
tahu di sentra-sentra industri makan khas tersebut.
Atas
pertanyaan masyarakat, para pengrajin hanya lemas untuk menjawab. Mereka hanya
bilang, pasokan kedelai mengalami kenaikan harga. Harga yang sebelumnya dianggap
murah dan terjangkau, kemudian naik dan mampu mencekik margin keuntungan dari
modal dan hasil penjualan tempe dan tahu.
Dengan
kejadian itu, pemerintah kemudian melakukan upaya penstabilan harga dengan
mengimpor kedelai dari negara produsen. Harga tempe dan tahu kemudian turun dan
kembali kedua makanan khas Indonesia ini muncul ditengah masyarakat.
Kehadirannya mampu membuat orang jatuh hati. Tempe dan tahu kini perlahan dan
pasti menjadi sumber panganan yang mampu menyusul dibelakang beras, jagoan dan
favorit masyarakat Indonesia.
Tempe
dan Tahu Hilang
Kini,
di minggu keempat bulan Juli tahun 2012, tempe dan tahu kembali hilang. Ihwal hilangnya
makan khas tersebut ditenggarai karena seretnya pasokan dari Amerika, negara
produsen kedelai yang mengalami penurunan produksi akibat kekeringan yang
melanda wilayahnya.
Seretnya
pasokan otomatis membuat harga kedelai melambung. Dari semula Rp. 6.000
perkilogram, kini menjadi Rp. 8.000 perkilogram. Kenaikan ini serta merta
membuat pengrajin tempe dan tahu menjerit. Kenaikan bahan dasar sebesar Rp.
2.000 per kilogram, rupanya mempengaruhi produksi olahan kedelai tersebut. Bagi
pengrajin yang mempunyai stok modal bagus, kenaikan Rp. 2.000 untuk sementara waktu
tidak terlalu berpengaruh. Namun bagi pengrajin tempe dan tahu yang mempunyai
modal pas-pasan, tentu kenaikan harga kedelai saat ini sangat mempengaruhi
produksi dan harga jualnya kembali.
Pola
pikir masyarakat Indonesia yang masih menomorsatukan harga murah, membuat
pengrajin berpikir dua kali untuk menaikkan harga jual tempe dan tahu. Ujung-ujungnya,
mereka menyiasatinya dengan mengurangi volume maupun bentuk tempe dan tahu
sebelumnya. Meski itu diyakini bisa mengecawakan penikmat tempe dan tahu, cara
tersebut adalah cara yang simple agar usaha tetap hidup.
Tempe
dan Tahu bikin Galau
Terhadap
kenyataan ini, pemerintah dipandang belum bisa melakukan langkah yang berarti.
Pemerintah masih sebatas memberikan keyakinan bahwa harga jual bahan olahan
tempe dan tahu (kedelai) masih dalam batas kepatutan. Menurut informasi yang
didapat, pemerintah masih mentolerir kenaikan kedelai sampai batas maksimun
10%. Beberapa pejabat instansi terkait yang mengingatkan masyarakat agar jangan
panik menghadapi isu hilangnya tempe dan tahu.
Pejabat
tersebut sepertinya kehabisan ide untuk menjawab luapan kebingungan yang melanda
pengrajin tempe dan penikmat tempe dan tahu seperti kita-kita. Malah sayup-sayup
terdengar rayuan, “tempe tipis renyah dan enak” menjadi seperti ungkapan yang diyakini
mampu menenangkan kegalauan penikmat tempe dan tahu, sekaligus menahbiskan
secara lisan kepada pengrajin tempe dan tahu untuk mensiasati bentuk menjadi
lebih kecil adalah tidak mengapa.
Dirinya
berkeyakinan, penaikkan harga kedelai saat ini (Rp. 8.000) membuat petani kedelai
nasional malah bisa bersaing. Harga Rp. 8.000 bisa membuat kesejahteraan petani
kedelai nasional makin meningkat. Betul atau tidak ungkapan sang pejabat
tersebut, sepertinya belum mampu membius kekhawatiran masyarakat akan hilangnya
tempe dan tahu termasuk pengrajin tempe dan tahu yang khawatir usaha produksi
makanan tersebut mati.
Harapan-harapan
Terlepas
dari itu, semestinya pemerintah bergerak cepat mengambil langkah-langkah
penting agar menghilangnya tempe dan tahu bisa dicegah. Satu contoh saja,
beberapa tahun yang lalu, tahun dimana tempe dan tahu hilang, pemerintah pernah
memberikan subsidi Rp. 1.000 kepada pengrajin tempe untuk membeli kedelai. Kebijakan
tersebut, ternyata mampu mencegah tempe dan tahu hilang. Nah, apakah kebijakan
tersebut bisa dimungkinkan untuk diterapkan saat ini ? Saya berharap pemerintah
bisa memberikan solusi cepat dan tepat sekaligus memberikan informasi yang bisa
ditangkap masyarakat.
Apapun
kebijakan yang akan diambil, sebenarnya tidak mengubah tempe dan tahu akan
citarasanya yang terlanjur melekat dalam indera perasa masyarakat Indonesia. Yang
mampu mengubah adalah ketersediaan tempe dan tahu menjadi sebuah harmoni
kekayaan pangan Indonesia. Dan, harmoni inilah yang harus dijaga di Republik
Sejuta Kuliner, agar senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat.
Dari
sebuah tempe dan tahu, bisa menjalar kemana-mana, itulah uniknya. Tempe dan
tahu mampu menghipnotis masyarakat Indonesia. Tempe dan tahu mampu mengambil
peran dalam perekonomian nasional. Tempe dan tahu juga mampu memberikan warna
tersendiri, bahkan warna politik dalam negeri jelang pemilu tahun 2014 yang
akan datang.