Rabu, 09 November 2011

Nilai Kepahlawanan di Silang Zaman


Gambar ilustrasi oleh : dhekawe.multiply.com
Kata orang bijak, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Menilik ungkapan tersebut, jika ditarik dalam sejarah berdirinya NKRI, merekalah yang berjuang membebaskan bangsa ini dari cengkeraman penjajah orang-orang eropa yang tinggi besar. Dan kita tahu, tidak satu jengkalpun, mereka mundur meskipun itu dengan bambu runcing. Atas jasa mereka, sekarang kita bisa hidup di alam merdeka, bisa menikmati pembangunan, menikmati hidup di negara yang gemah ripah loh jinawi, meskipun itu tidak sempurna seperti yang dibayangkan. 

Kini, di era serba modern dan maju, kita sebagai pemuda dan generasi penerus bangsa, tentu mempunyai tanggung jawab akan kelangsungan hidup negara. Mau dibawa kemana bangsa ini, kitalah yang menentukan dan sebagai orang yang hidup di jaman ini, menghargai jasa para pahlawan dan jandanya adalah keharusan yang mutlak. Jangan ada lagi tangis yang terdengar. Tidak ada alasan apapun lagi, kita menelantarkan mereka.

Jikalau kewajiban itu sudah terlaksana dengan baik, saatnya sekarang menatap masa depan. Apa yang bisa kita buat untuk menciptakan pahlawan-pahlawan berikutnya bagi anak cucu kita.

Kita tidak harus berjuang mengangkat senjata lagi, tapi bagaimana mengangkat pemikiran yang bisa memajukan bangsa, berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa besar. Transfer nilai patriotisme yang digelorakan para pahlawan pada jamannya, ada baiknya ditularkan hingga menciptakan kepedulian bagi kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

Tidak usah jauh-jauh bagaimana caranya menciptakan dan menggelorakan jiwa patriotisme kepahlawanan. Kepedulian dan kewaspadaan akan bahaya korupsi, kolusi dan nepotisme bisa menjadi salah satu tujuan dari mana sekarang kita mulai menjejakkan kaki melangkah pasti untuk berjuang mengentaskan penyakit jahanam tersebut.

Khusus yang mempunyai karir di PNS, TNI/POLRI, swasta atau berkarir di tempat lain, yuk mulai sekarang kita tinggalkan sistem yang korup. Pandangan atau mindset yang (negatif egoism culture) selama ini telah mencederai keadilan harus kita sadari. Karena sejatinya, pandangan tersebut sangat merusak tatanan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan bernegara. Perbuatan seperti melabelkan seorang yang berseberangan pemikiran menjadi oposisi, ketakutan terhadap perbuatan makar seseorang dalam suatu organisasi, kekhawatiran timbulnya brutus-brutus baru adalah sesuatu yang bukan jamannya lagi.

Sudah saatnya pula kita tinggalkan sistem dan pandangan yang mengutamakan rasa personalitas, kedekatan, keuntungan dan tuntutan diluar jangkauan kemampuan rata-rata biaya hidup. Singsikan lengan dan baju untuk sama-sama hidup sederhana dan cukup. 

Membuang rasa dendam kesumat pribadi kini menjadi tantangan, lalu bagaimana kita bisa menerapkan aspek pendidikan disetiap sendi-sendi kehidupan sejak usia dini, adalah sebuah usaha yang sangat suci.

Mengutamakan intelektualitas, prestasi dan tanggung jawab, sekarang menjadi tujuan perjuangan kita sebagai genarasi penerus perjuangan dan cita-cita para pahlawan yang berani mati demi RI merdeka.Kitalah sekarang sebagai pemeran utama, kitalah yang sedang berjuang bukan berleha-leha. 

Kita harus waspada terhadap tipuan-tipuan hidup yang bisa menyesatkan langkah perjuangan. Tipuan hidup yang bisa merenggangkan hubungan pertemanan. Tipuan hidup yang bisa memutus tali silaturrahmi sesama saudara. Tipuan hidup yang bisa membuat cakar mencakar. Tipuan hidup yang bisa menimbulkan dendam kesumat seperti kisah Ken Arok atau tipuan hidup yang maunya menang sendiri, sukanya menyalahkan orang lain, senangnya menyudutkan teman, bawahan, staf hingga pimpinan. 

Sekali saja terjebak, seterusnya bangsa ini bergelimang kebusukan moral. Mau lepas ? seratus tahun belum tentu itu tergapai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita meninggalkan kenangan manis buat anak cucu kita dan kelangsungan RI yang digjaya.

Selamat Hari Pahlawan..

Tidak ada komentar: