![]() |
Gambar ilustrasi oleh : dhekawe.multiply.com |
Kata orang bijak, bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Menilik ungkapan
tersebut, jika ditarik dalam sejarah berdirinya NKRI, merekalah yang berjuang
membebaskan bangsa ini dari cengkeraman penjajah orang-orang eropa yang tinggi
besar. Dan kita tahu, tidak satu jengkalpun, mereka mundur meskipun itu dengan
bambu runcing. Atas jasa mereka, sekarang kita bisa hidup di alam merdeka, bisa
menikmati pembangunan, menikmati hidup di negara yang gemah ripah loh jinawi,
meskipun itu tidak sempurna seperti yang dibayangkan.
Kini, di era serba modern dan
maju, kita sebagai pemuda dan generasi penerus bangsa, tentu mempunyai tanggung
jawab akan kelangsungan hidup negara. Mau dibawa kemana bangsa ini, kitalah
yang menentukan dan sebagai orang yang hidup di jaman ini, menghargai jasa para
pahlawan dan jandanya adalah keharusan yang mutlak. Jangan ada lagi tangis yang
terdengar. Tidak ada alasan apapun lagi, kita menelantarkan mereka.
Jikalau kewajiban itu sudah
terlaksana dengan baik, saatnya sekarang menatap masa depan. Apa yang bisa kita
buat untuk menciptakan pahlawan-pahlawan berikutnya bagi anak cucu kita.
Kita tidak harus berjuang mengangkat
senjata lagi, tapi bagaimana mengangkat pemikiran yang bisa memajukan bangsa,
berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa besar. Transfer nilai patriotisme yang
digelorakan para pahlawan pada jamannya, ada baiknya ditularkan hingga
menciptakan kepedulian bagi kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Tidak usah jauh-jauh bagaimana caranya
menciptakan dan menggelorakan jiwa patriotisme kepahlawanan. Kepedulian dan
kewaspadaan akan bahaya korupsi, kolusi dan nepotisme bisa menjadi salah satu
tujuan dari mana sekarang kita mulai menjejakkan kaki melangkah pasti untuk berjuang
mengentaskan penyakit jahanam tersebut.
Khusus yang mempunyai karir di
PNS, TNI/POLRI, swasta atau berkarir di tempat lain, yuk mulai sekarang kita
tinggalkan sistem yang korup. Pandangan atau mindset yang (negatif egoism
culture) selama ini telah mencederai
keadilan harus kita sadari. Karena sejatinya, pandangan tersebut sangat merusak
tatanan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan bernegara. Perbuatan
seperti melabelkan seorang yang berseberangan pemikiran menjadi oposisi, ketakutan
terhadap perbuatan makar seseorang dalam suatu organisasi, kekhawatiran
timbulnya brutus-brutus baru adalah
sesuatu yang bukan jamannya lagi.
Sudah saatnya pula kita
tinggalkan sistem dan pandangan yang mengutamakan rasa personalitas, kedekatan,
keuntungan dan tuntutan diluar jangkauan kemampuan rata-rata biaya hidup. Singsikan
lengan dan baju untuk sama-sama hidup sederhana dan cukup.
Membuang rasa dendam kesumat
pribadi kini menjadi tantangan, lalu bagaimana kita bisa menerapkan aspek pendidikan
disetiap sendi-sendi kehidupan sejak usia dini, adalah sebuah usaha yang sangat
suci.
Mengutamakan intelektualitas, prestasi
dan tanggung jawab, sekarang menjadi tujuan perjuangan kita sebagai genarasi
penerus perjuangan dan cita-cita para pahlawan yang berani mati demi RI
merdeka.Kitalah sekarang sebagai
pemeran utama, kitalah yang sedang berjuang bukan berleha-leha.
Kita harus waspada terhadap
tipuan-tipuan hidup yang bisa menyesatkan langkah perjuangan. Tipuan hidup yang
bisa merenggangkan hubungan pertemanan. Tipuan hidup yang bisa memutus tali
silaturrahmi sesama saudara. Tipuan hidup yang bisa membuat cakar mencakar.
Tipuan hidup yang bisa menimbulkan dendam kesumat seperti kisah Ken Arok atau
tipuan hidup yang maunya menang sendiri, sukanya menyalahkan orang lain,
senangnya menyudutkan teman, bawahan, staf hingga pimpinan.
Sekali saja terjebak,
seterusnya bangsa ini bergelimang kebusukan moral. Mau lepas ? seratus tahun
belum tentu itu tergapai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita meninggalkan
kenangan manis buat anak cucu kita dan kelangsungan RI yang digjaya.
Selamat Hari Pahlawan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar