Senin, 13 Juni 2011

Aksi Panggung Sesaat dan Gempa Tasik 2009

Jam menunjukkan pukul 14.30 wib, saat kulihat tinggal beberapa menit lagi jam kantor untuk kawasan DKI Jakarta akan berakhir. Entah kenapa, tiba-tiba ingin sekali aku mampir ke aula gedung Annex lantai IV kantor BPHN. Kata teman, kehadiranku ditunggu oleh teman-teman untuk sekedar diminta untuk membawakan lagu yang sedang gandrung saat ini. Perasaan hati saat itu sangat tersanjung, padahal suaraku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang sudah ahlinya.

Tidak lama kemudian, sampailah aku di aula. Sejurus kemudian kulihat teman-teman sudah kumpul dan beberapa diantaranya sedang membawakan sebuah lagu anak muda masa kini. Perlahan dan pasti, aku masuki aula dengan senyum mengembang di bibir memberikan salam untuk memberitahu kehadiranku. Tanpa diperintah dan diduga, teman-temanpun melambaikan tangannya sambil mempersilahkanku duduk di depan deret bangku besar.

Setelah meletakkan tas ransel ke tempatnya, akupun duduk mendengarkan sebuah lagu yang umum didengar. Mengalun padu bersama musik seakan membuat sore hari menjadi hidup dan bergairah. Sambil menunggu jam jemput istri datang, ku dengar sayup-sayup teman yang lain menginginkanku membawakan beberapa lagu berirama reaggea.

Tanpa banyak cakap, segera ku ambil mic untuk memenuhi permintaan teman-teman. Sang pembawa musik rupanya tahu betul kesukaan teman-teman. Maka mengalirlah sebuah lagu ‘bangun tidur’ karya mbah surip almarhum. Ahaa..Hentakan musik reaggea rupanya telah merasuk dan membakar pendengar. Terbukti mereka ikut pula menari ala tarian reaggea.

Aksiku dipanggung sore ini dilengkapi dengan 5 jenis lagu. Tiga lagu dari ciptaan almarhum Mbah Surip dan dua lagu dari daerah Papua dan Betawi. Rupanya pandai sekali pembawa musik mengimbangi suara dan nadaku yang gak menentu itu, hingga terdengar pas ditelinga, menurut mereka.

Saat rehat, dan jam dinding mendekati pukul 15.00, aku mempersilahkan teman yang lainnya untuk mencoba suaranya. Dan benar saja, seorang teman lama, yaah mungkin bisa dibilang seniorku yang sudah malang melintang puluhan tahun mengabdi mencoba memberanikan diri menyanyikan sebuah lagu lawas tahun 70-an.

Saat menikmati musik lawas, tiba-tiba aku dikejutkan pengalaman yang menakutkan. Yah, selama sepuluh tahun bekerja, baru kali ini aku diliputi rasa takut dan penasaran. Rasa ini timbul karena ada goncangan hebat di kantorku. Goncangan yang biasa disebut gempa ini menggoyang seisi ruangan di lantai IV Aula gedung Annex BPHN. Aku terpana. Setengah percaya dan tidak. Tanpa pikir panjang, segera aku ambil langkah seribu untuk keluar gedung. Menghindar takut gedung roboh.

Spontanitas reaksi terhadap gempa rupanya bukan milikku saja. Teman-teman yang sedang bernyanyi langsung ikut turun menuruni anak tangga. Pikiran berkecamuk tanpa peduli disekitarnya. Yang dituju Cuma satu, yaitu lapangan. Benar saja, di lapangan sudah kumpul ratusan teman-teman pegawai menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Banyak ragam dan pendapat dari kalangan pegawai sekantor. Ada yang menyikapinya dengan kaget, pasrah dan berusaha mendekatkan diri pada Sang Khalik.

Bagiku, peristiwa ini langsung menjadi pelajaran dan rasa bersyukur yang sangat dalam, kantor tidak sampai roboh dan tidak ada korban jiwa. Hanya gempa seakan menjadi pesan bergetar dari Sang Pencipta Yang Maha Kuasa kepada semua hambaNya di sore menjelang adzan Ashar.

Sejenak pikiranku merasa bersalah atas aktivitasku barusan. Kenapa juga aktivitasku tidak diisi dengan amalan akherat. Buru-buru ku cerna pelajaran ini dan kuteringat istri, anak dan orang tua. Pikiranku bertanya, apakah mereka juga merasakan sama seperti kami di kantor. Dengan dua buah handphone terbitan lama, ku mencoba menghubungi orang-orang terkasih bagaimana kabarnya. Satu persatu aku kontak, namun apadaya sistem telepon yang disediakan operator tidak bekerja maksimal. Sepertinya jaringannya terganggu.

Labih dari belasan menit, ku mencoba telepon tetap tidak berhasil. Akhirnya rasa penasarannku terobati ketika aku menelepon orang tua di rumah bisa berbagi informasi tentang gempa yang baru saja terjadi. Alhamdulillah semuanya sehat wal’afiat. Orang tua sudah dapat informasi, kini tinggal istriku dan anakku yang belum dapat kabar. Dengan sabar ku tunggu hingga sambungan telepon bisa berfungsi seperti sedia kala. Benar saja dugaanku, tidak berapa lama, istri menelepon dan menanyakan keadaanku dikantor. Hal yang sama kutanyakan padanya. Syukur Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa. Kabar berikutnya datang dari rumah dan kondisinya dalam keadaan baik.

Tak lama setelah reda suasana, kami sekantor berkumpul membicarakan gempa hari ini. Tanggapan dan komentar menghiasi setiap sudut gedung kantor. Semuanya takut dan tidak ada yang berani kembali ke ruangan. Kebanyakan dari mereka langsung cepat-cepat pulang.

Tak lama kemudian aku pulang kantor hendak jemput istri di kawasan Sudirman. Dalam perjalanan rupanya dampak gempa membuat kemacetan parah di sana sini. Perjalanan yang biasa ku tempuh dua jam, hari ini ditempuh dengan 4,5 jam perjalanan menuju rumah. Saat tiba waktu berbuka puasa, aku hanya minum air botol mineral di kawasan casablanca kuningan jakarta selatan. Itupun ditemani dengan teman pengendara sekelilingku dan pak polisi yang tampak pasrah tidak bisa mengurai kemacetan. Namun hal itu tidak mengurangi kekhusyukkan berbuka puasa bagi muslim yang menjalankannya.

Lima belas menit menjelang ‘Isya tibalah aku di kawasan sudirman dan langsung menuju mesjid untuk melaksanakan sholat maghrib. Setelahnya, aku dan istri segera pulang ke rumah. Selama di perjalanan, kami saling berbagi cerita. Cerita dipenuhi dengan gempa yang terjadi sore ini hingga macet selama 4,5 jam tidak terasa. Sesampai dirumah, kami sekeluarga langsung istirahat dan bersiap melaksanakan sholat wajib dan sunah. Hingga detik ini saat aku menulis, masih saja terngiang dalam benakku, sesungguhnya ada rahasia apa di balik gempa yang Allah berikan. Tak kuasa menjawab, akhirnya aku menulis sekedar berbagi pengalaman sore hari yang sangat menegangkan buat teman-teman di FB. Semoga hikmah yang bisa diambil dapat menjadikan kita lebih mendekatkan diri kepadaNya.

Tidak ada komentar: