Selasa, 01 Februari 2011

Cerita Tentang Kursi 1/2 Jam


Pernah suatu waktu penulis duduk di sepotong kursi yang sebelahnya telah terisi. Kursi yang satu ini bukanlah kursi seperti kursi anggota DPR, bukan pula kursi kantor yang empuk atau kursi mobil juga kursi motor. Kursi ini adalah kursi yang didapatkan dengan susah payah dan berkeringat. Bayangkan, untuk mendapatkan setengah kursi kosong saja butuh waktu hingga 1/2 jam. Itupun didapat setelah berdiri dan berdesak-desakan. Benar, kursi yang dimaksud penulis adalah kursi bus angkutan umum.



Cerita tentang kursi bus ini mungkin bukan hanya pengalaman pribadi penulis saja. Banyak teman, saudara mungkin anda pernah mengalami pengalaman yang menyedihkan tersebut. Lihat saja, dengan ukuran kurang lebih panjang 80 cm dan lebar hanya 40 cm, kursi tersebut disediakan dengan kondisi yang sudah usang. Bahannya yang tidak nyaman seringkali membuat (maaf; bokong) menjadi panas dan tulang ekor terasa nyeri ditambah aliran oksigen yang kurang lancar dan wewangian yang menebar aroma rupa-rupa, membuat penumpang yang duduk hanya bisa pasrah.



Itulah sekilas cerita nyata dunia penumpang di dalam angkutan masal. Memang, ada beberapa perusahaan otobus yang giat berbenah dengan pengadaan bus baru, tapi diakui masih ada beberapa yang menggunakan bus sudah uzur. Ini bisa dibuktikan jika anda berkeliling Jabodetabek, tidak sedikit yang seperti itu. Pemandangan berjubel-jubelan, pelecehan seksual dan tindak kejahatan lainnya menambah problematika kehidupan di jalan.



Jika ditarik benang merahnya, memang masalah kenyamanan yang diinginkan penumpang bus saat ini masih jauh dari jangkauan yang diinginkan. Keinginan seperti ketepatan waktu, aliran udara yang sejuk, tidak berdesak-desakan (penggunaan bus sesuai dengan jumlah kursi), sepertinya belum bisa dicapai sesegera mungkin. Bus yang keluaran baru dan ber AC saja penuh tumplek oleh penumpang. Ini menandakan belum ada system yang bisa menjangkau kenyamanan yang dimaksud.



Dalam konteks ketersediaan kenyaman di dalam bus, seharusnya perkara ini bukan hanya monopoli pengusaha oto bus saja tetapi pemerintah juga harus berupaya membantu dengan membuat system yang lebih nyaman dan manusiawi. Penulis rasa, sangat tidak mungkin, jika kewajiban ini dibebankan kepada pengusaha bus saja, apalagi saat ini pemerintah sedang galak-galaknya mengkampanyekan model MRT (Mass Rapid Transit). Harus ada keinginan kuat serta political will pemerintah, khususnya pemerintah daerah.



Penulis sangat memberikan apresiasi terhadap program busway yang dicanangkan 5 tahun yang lalu, termasuk penyediaan layanan transportasi masal (MRT) yang tahun 2011 nanti dimulai pekerjaannya. Tentu dengan maksud mengurai masalah kemacetan, khususnya di wilayah Jabodetabek hingga pelayanan prima dengan memberikan kenyamanan. Tidak itu saja, pengenaan jalan berbayar atau yang dikenal dengan ERP (Electronic Road Price) yang mengadopsi program di Singapura diupayakan bisa dilaksanakan tahun 2011, penulis anggap merupakan suatu terobosan yang harus segera dilakukan.



Tapi perlu diingat, pemerintah juga harus memikirkan bagaimana menambah ketersediaan armada bus yang dibutuhkan masyarakat. Jangan sampai penumpang berdesak-desakan, dapat duduk setelah melewati ½ jam waktu perjalanan, sudah begitu kursinya tidak layak dan tindak kriminal bebas berkeliaran. Kenyamanan dan keamanan merupakan hak masyarakat sebagai konsumen yang dilindungi oleh Undang-undang. Perlu dibenahi sekarang, jika tidak jangan salahkan masyarakat terus membeli mobil dan motor baru.

Pict : rosyagus.multiply.com http://www.google.co.id/imglanding?q=kursi+bus+penuh&um=1&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&tbs=isch:1&tbnid=bhA5tPg-a5bFDM:&imgrefurl=http://rosyagus.multiply.com/journal/item/261/Tingkah_Polah_di_Dalam_Bus_&imgurl=http://images.rosyagus.multiply.com/image/bZoCqkMomaai4kBj4ag23g/photos/1M/300x300/375/penumpang-busway.jpg%253Fet%253DVUBRgb8vFpTD5XPNuVvW4g%2526nmid%253D0&ei=B4VHTcyjAY2lcYO17MED&zoom=1&w=300&h=225&iact=hc&oei=5YRHTfeQIc3irAeXpNSYBA&esq=7&page=3&tbnh=125&tbnw=192&start=36&ndsp=19&ved=1t:429,r:0,s:36&biw=1280&bih=589

Tidak ada komentar: