Senin, 11 Juli 2011

Langkah Hidup, Percaya Diri dan Kepribadian

Sebuah idiom lama mengatakan, langkah awal menentukan langkah akhir. Kiranya, sangat tepat diberikan perhatian serius jika ingin menggapai sukses dalam perjalanan hidup. Salah sedikit saja menentukan langkah, bisa dipastikan akan tergelincir dalam sebuah episode hidup yang tidak diinginkan. 

Sebagai contoh, tengok sajalah kasus Nazaruddin, seorang mantan petinggi partai pemenang pemilu 2009 yang kini buron. Nazaruddin kini tersandung banyak masalah. Ada banyak kasus yang harus diselesaikan melalui jalur hukum, tetapi dirinya sekarang hilang bak ditelan ombak besar. Terlepas dari prasangka yang ditujukan padanya, politisi muda berusia 33 tahun ini awalnya sangat percaya diri, namun salah langkah dalam mengambil putusan hidup, ia kini menjadi pergunjingan orang di seantero nusantara.

Namun begitu, di sini kita sedang tidak membahas tentang Nazaruddin, tetapi adalah sebuah keniscayaan jikalau kita sebagai pribadi dalam melangkah, menentukan putusan ataupun bersandar pada cita-cita besar, selalu mengedepankan keberhasilan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Betul, percaya diri itu perlu.  Seperti yang dikatakan Joe Matsuda dalam blognya (joematsuda.com), rasa percaya diri adalah modal untuk mencapai kesuksesan dalam hal apapun. Rasa percaya diri bisa diartikan sebagai keberanian dalam diri sehingga seseorang mampu melakukan sesuatu yang dianggapnya benar.

Namun dalam perjalanan hidup, terkadang kita sendiri sering disibukkan dengan percaya diri, yang tidak jarang menuntun kita salah pilih mengambil langkah. Kita sendiri tidak paham, anomali apa yang terjadi dalam diri kita. Perubahan pandangan yang begitu cepat demi sebuah kepentingan, serta merta bisa membalikkan sikap orang menjadi 180 derajat.

Nah, kalau sudah begini, bisa dipastikan sulit untuk mundur, apalagi ketika dipersimpangan jalan, ada tekanan besar yang harus meneruskan langkah tersebut. Dan, menjadi masalah ketika langkah yang terlanjur dipilih, berujung pada ketidakpastian atau dengan kata lain keluar dari jalur yang semestinya. Ini menjadi sebuah ironi dan sesuatu yang tidak diharapkan. Semuanya bermula dari egoistis pribadi yang mengedepankan percaya diri.

Keinginan untuk berhasil, melalui apa, dengan cara apa, tanpa disadari bisa membungkus pribadi pada kecongkakkan. Alhasil, terbentuklah pribadi yang sering membanding-bandingkan antara subyek yang satu dengan subyek yang lain. Ketika itu terjadi, pribadi yang mulanya mempunyai visi dan misi mulia, mendadak menjadi pribadi yang menjunjung kepentingan.

Padahal, kepentingan bukanlah segala-galanya. Kepribadianlah yang menjadi abadi dan orang akan selalu ingat siapa kita. Kepentingan adalah jalan menuju sukses pribadi. Alangkah indahnya kepentingan, jika dilandasi dengan karakter percaya diri dan tidak congkak terutama menentukan langkah apa yang hendak diambil.

Saya pernah teringat pesan seorang guru yang kini sudah almarhum. Dirinya pernah berpesan kepada saya tentang makna kehati-hatian dalam melangkah. “Hati-hati saat melangkah, pikir dua kali,” katanya.

(Sejauh memandang, tapi tak sempurna, namun tetap berusaha menjadi yang terbaik).

Tidak ada komentar: